Syifa, anak pertama saya memang termasuk anak yang mandiri sejak
kecil. Mungkin karena di usianya yang 2 tahun, dia sudah mempunyai
seorang adik. Ketika berumur 4 tahun, Syifa masuk Taman Kanak-Kanak yang
letaknya lumayan jauh dari rumah. Hari pertama dia sekolah, saya hanya
mengantarkannya saja, menitipkannya pada Ibu Gurunya, dan lalu
meneruskan perjalanan ke kantor. Ya, Syifa tidak ditunggui di sekolah,
sedangkan banyak di antara teman-temannya yang menangis atau merengek
minta ditunggui oleh ibunya.
Lain Syifa, lain pula
Farah, anak kedua saya. Kalau Farah, hari pertama dia bersekolah masih
harus ditunggui. Lama kelamaan baru bisa ditinggal, jadi setiap hari
akhirnya hanya antar jemput saja. Memang tidak langsung prosesnya, saya
juga selalu menyemangatinya, meyakinkannya bahwa Farah anak pemberani
dan mandiri. Ada juga anak yang benar-benar tidak mau jauh dari orang
tuanya, sebut saja Fira, sehingga di sekolah dia maunya ditunggui,
bahkan sedikit-sedikit dia mengintip keluar kelas untuk mengecek keberadaan ibunya :).
Perilaku
Syifa, Farah, dan Fira sudah cukup mewakili gambaran karakter anak pada
umumnya. Syifa termasuk anak yang mudah beradaptasi dengan lingkungan
dan suka mencoba sesuatu yang baru. Anak-anak seperti ini biasanya
disebut sebagai anak yang "mudah". Sedangkan Farah tidak seberani Syifa,
untuk beradaptasi dia membutuhkan waktu. Model yang seperti ini
disebut anak yang "perlu waktu pemanasan". Sebaliknya yang masih sangat
takut seperti Fira diistilahkan sebagai anak yang "sulit".
Anak yang Mudah
Anak-anak
golongan ini biasanya penampilannya penuh keberanian dan terbuka.
Tampil dan berbicara apa adanya. Mudah bergaul, lincah, serta banyak
bicara. Bahkan beberapa dari anak-anak ini tergolong sangat aktif.
Tetapi ada kelemahan pula pada anak-anak tipe ini. Karena saking
mudahnya beradaptasi, jadi terlalu sering berpindah tangan pengasuh. Ini
buruk akibatnya bagi dirinya sendiri. Seminggu tinggal bersama nenek,
baru pulang sebentar dijemput tantenya untuk menginap di sana selama
beberapa hari juga.
Setiap orang tak pernah punya pola
asuh yang sama. Batasan, larangan, cara memerintah, cara membujuk
hingga nilai-nilai yang disampaikan tidak akan pernah sama. Semua itu hanya akan membuat anak bingung hingga akhirnya mereka jadi sulit diberi pengertian. Selain itu. karena sifat anak-anak ini yang suka mencoba hal baru, orang tua harus waspada terhadap barang-barang yang berbahaya.
Anak yang Perlu Pemanasan
Tidak terlalu berani,
tidak pula penakut, yang jelas ia perlu waktu untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan baru. Setelah beberapa waktu tersebut, mereka akan
menjadi percaya diri dan juga bisa begitu berani seperti teman-temannya
yang "mudah". Dengan orang yang belum dikenal mereka hanya diam walaupun
bukan berarti penakut. Tetapi setelah kenal mereka bisa saja segera
akrab. Anak-anak ini perlu dorongan semangat dan motivasi dari orang
tuanya.
Tindakan orang tua yang lantas memaksa anaknya
untuk berani dan "mudah" bukanlah pemecahan masalah yang baik.Biasanya
orang tua mengomel, menyindir, bahkan mengancam, ketika anaknya masih
terlihat ragu-ragu atau takut.
Anak yang Sulit
Anak
ini sering membuat gemas, jengkel, sekaligus malu orang tuanya.
Bayangkan, kemanapun orang tua pergi, ia membuntut, memegangi baju
ibunya terus-terusan. Bila ada orang menyapa, ia menyembunyikan wajahnya
di sela-sela baju ibunya. Padahal di rumah dia adalah anak yang lucu,
tingkahnya jenaka, cerewet banyak bercerita. Tapi ketika tiba di
sekolah, ia berubah menjadi anak penakut, pasif, dan pemalu.
Satu-satunya
hal yang bisa dilakukan orang tua terhadap anak seperti ini adalah
bersabar menunggu waktu. Hanya waktu yang bisa menyelesaikannya. Tidak
ada gunanya capek-capek mengomel, menyindir, ataupun ngotot memaksanya
menjadi berani. Percuma, bikin sakit hati saja. Bahkan omelan, ejekan,
dan hinaan, dalam banyak kasus hanya akan menghilangkan rasa percaya
diri si anak.
Penyebab utama perilaku yang "sulit" ini
bisa karena faktor kurangnya keberanian, kurangnya latihan
bersosialisasi dengan lingkungan, bisa juga faktor keturunan. Cara
mengurangi rasa kekhawatiran yang berlebihan terhadap lingkungan baru
adalah dengan pembiasaan, pemberian pengertian, dan motivasi di samping
meningkatkan keberanian secara umum.
Meski sebetulnya ada juga kelebihan dari anak yang "sulit" ini.
Mereka adalah anak yang kerasan berada di rumah, selalu dekat dengan
ibunya sehingga hubungan batin dengan ibu biasanya amat erat. Orang tua
pun akan lebih mudah mengarahkannya. Selain itu, anak tersebut juga akan
tumbuh menjadi lebih sabar dan telaten, tidak terlalu lincah. Tetapi
perkembangan keberaniannya bisa terhambat bila tidak segera ditangani
perilakunya yang ketakutan secara berlebihan terhadap lingkungan baru.
Disadur dari : Mendidik Dengan Cinta, Irawati Istadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar